Desain glider hipersonik untuk menerbangkan rudal berhulu ledak nuklir.
PARIS - Prancis memutuskan untuk membuat glider
hipersonik yang akan membawa rudal berhulu ledak nuklir maupun
konvensional. Perangkat senjata canggih itu memungkinkan rudal melakukan
perjalanan lebih dari 3.800 mph dan tak bisa dicegat sistem pertahanan
musuh.
Keputusan itu diumumkan Kementerian Pertahanan Prancis
pada hari Sabtu (9/2/2019). Hal itu sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan persenjataan nuklir negara tersebut yang sudah menua dan
tertinggal jauh dengan militer negara-negara maju lainnya.
Kementerian
pertahanan berjanji akan menguji prototipe perangkat rudal peluncur
hipersonik itu dalam waktu dua tahun. "Kami telah memutuskan untuk
mengeluarkan kontrak untuk demonstransi peluncur hipersonik," kata
Menteri Pertahanan Florence Parly selama pembukaan proyek V-MaX, dikutip
Express.co.uk, Minggu (10/2/2019)
Prancis telah melakukan studi tentang sistem propulsi untuk penerbangan
hipersonik sebagai bagian dari perombakan arsenal nuklirnya senilai £32
miliar atau lebih dari Rp577 triliun. Pengumuman itu muncul di saat
Amerika Serikat dan Rusia sedang bersitegang setelah keduanya
menangguhkan kewajibannya untuk mematuhi Perjanjian Intermediate-Range
Nuclear Forces (INF) 1987.
Sekdar diketahui, cara kerja glider
hipersonik adalah perangkat itu mengangkut rudal baik berhulu ledak
nuklir maupun konvensional ke tepi atmosfer Bumi dan kemudian akan
meluncur kembali ke target di darat. Perangkat seperti itu telah
dikembangkan oleh Rusia dan China.
Prancis diketahui memiliki
rudal jelajah berhulu ledak nuklir yang dikenal sebagai ASMP. Senjata
itu mampu terbang hingga Mach 3 atau 2.300 mph. Untuk dianggap
hipersonik, perangkat baru harus mampu membawa misil itu terbang
setidaknya lima kali kecepatan suara atau sekitar 3.800 mph.
Direktorat
Jenderal Persenjataan (DGA) Prancis mengakui negara tersebut memiliki
pengalaman yang relatif sedikit di bidang teknologi hipersonik.
Perangkat hipersonik telah menjadi pilihan sejumlah negara adidaya untuk
menjadi pengangkut senjata nuklir dalam menyerang target.
Pada
bulan Maret 2018, Rusia meluncurkan serangkaian senjata baru, termasuk
dua perangkat hipersonik, rudal Kinzhal yang diluncurkan dari udara, dan
peluncur hipersonik Avangard. Glider hipersonik Avangard yang diklaim
mampu terbang setidaknya 10 kali lebih cepat dari kecepatan suara telah
dikirim untuk Angkatan Udara Rusia.
Glider hipersonik Avangard Rusia saat diuji coba tahun lalu diklaim
dapat mencapai kecepatan 20.700 mph. Sistem ini dipasang di atas rudal
balistik antarbenua (ICBM) dan berfungsi sebagai kendaraan pengirim hulu
ledak nuklir.
China juga telah melakukan serangkaian tes yang
berhasil untuk kendaraan peluncur hipersonik sejak 2014. Sedangkan AS
telah tertinggal di belakang Rusia dan China dalam pengembangan peluncur
hipersonik. Namun, pemerintah Presiden Donald Trump baru-baru ini
memulai sebuah program untuk mengejar ketertinggalan itu secepat
mungkin.
No comments:
Post a Comment