Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Munardo menyebut ada tiga faktor penyebab banjir bandang Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua.
Pertama, faktor topografi. Kemiringan cagar alam Cycloop sangat terjal dengan lapisan tanahnya sangat tipis. "Ketika tanahnya tergerus langsung ada batu dibawahnya, lalu diduduki sejumlah tanaman," katanya di Jayapura. Dilansir Antara, Senin (18/3).
Dia menjelaskan, ketika tanaman itu tergerus atau tidak ada maka dan pada saat hujan terjadi, memudahkan terjadinya longsor. Apalagi ditambah dengan gravitasi dan kemiringan sudut tanah mencapai 40 hingga 60 derajat. Ini membuat laju kerusakan saat hujan begitu cepat.
Faktor kedua karena cuaca. Intensitas hujan tercatat sangat tinggi pada Sabtu (16/3) sore kira-kira pukul 18.00 hingga pukul 23.30 WIT. "Hanya dalam waktu lima jam lebih, terjadi penampungan air di kawasan Cagar Alam Cycloop dan mungkin daya tampung terbatas sehingga turun ke bawah," katanya.
Faktor ketiga adalah manusia. Sebagian dari kawasan Cagar Alam Cycloop sudah dijadikan sebagai kawasan perkebunan oleh masyarakat. Karena itu, harus ada komitmen dari semua pihak dan tokoh-tokoh di Papua khususnya di Sentani, agar mengajak segenap masyarakat agar bisa dengan sukarela meninggalkan kawasan tersebut.
"Karena kalau tidak, cepat atau lambat, kita tidak tahu, diantara keluarga kita ini ada di daerah rawan longsor atau banjir, pasti jadi korban. Semalam menurut laporan masih banyak warga yang menonton, jadi tiba-tiba terjadi banjir yang sangat besar dan terbawa arus," katanya.
Doni berharap ajakan dari pemangku kepentingan terkait perlindungan dan pelestarian Cagar Alam Cycloop bisa diindahkan oleh warga sekitar.
"Kami harapkan juga para tokoh agama, pendeta agar mau mengingatkan kepada warga kita, untuk melindungi cagar alam ini, salah satunya memang ini menjadi komitmen bersama kita semua, dengan mengembalikannya sebagai fungsi konservasi, menanam pohon matoa yang punya nilai ekonomi tinggi," katanya.