Dhaka - Geng-geng kriminal dan militan dilaporkan menguasai kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. Mereka disebut melakukan tindak pembunuhan dan penculikan tanpa dihukum sama sekali.
Sekitar 740 ribu pengungsi Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh setelah operasi militer besar-besaran pada Agustus 2017 lalu. Para pengungsi Rohingya itu bergabung dengan ratusan ribu lainnya yang terlebih dulu mengungsi karena praktik kekerasan beberapa tahun lalu.
Jumat (26/4/2019), laporan terbaru International Crisis Group (ICG) menyatakan bahwa tanpa prospek kembalinya para pengungsi Rohingya ke Myanmar, maka komunitas internasional harus membantu Bangladesh untuk menampung para pengungsi dalam beberapa tahun ke depan.
ICG menyatakan bahwa ancaman dari ekstremis membuat para pemimpin pengungsi Rohingya mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tindak pembunuhan, yang dilaporkan ICG, cukup sering terjadi, sangat 'jarang' diselidiki.
"Para pengungsi menyatakan kekhawatiran serius soal keamanan personal mereka dan para militan dan geng kriminal selalu mengintimidasi, menculik dan membunuh dengan impunitas (tanpa dihukum)," demikian sebut laporan ICG.
"Pembunuhan dan tindak kekerasan lainnya nyaris terjadi setiap malam... dan para pelaku nyaris tidak pernah dibawa ke pengadilan," imbuh laporan tersebut.
Disebutkan ICG bahwa sejumlah pemimpin komunitas Rohingya 'menerima ancaman pembunuhan yang kredibel'. "(Ancaman pembunuhan) Yang diyakini datang dari ARSA dan mengkhawatirkan keselamatan mereka," sebut ICG dalam laporannya merujuk pada militan Arakan Rohingya Salvation Army.
ARSA dianggap bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap militer Myanmardalam beberapa tahun terakhir, termasuk serangan tahun 2017 yang memicu eksodus besar-besaran warga Rohingya dari Rakhine.
Menanggapi laporan itu, Kepolisian Bangladesh menyatakan pihaknya telah meningkatkan keamanan dengan mendirikan sedikitnya tujuh pos kepolisian baru, juga mengerahkan polisi bersenjata dan operasi intelijen yang lebih baik.
"Laporan itu melebih-lebihkan, tapi bukannya tidak berdasar. Memang benar, tindak kekerasan di kamp-kamp (pengungsi Rohingya) telah meningkat," sebut juru bicara Kepolisian Distrik Cox's Bazar, Iqbal Hossain