Jakarta - Siapa tak kenal George Soros? Dia adalah tokoh ternama di bidang keuangan, pasar modal, hingga aktivis di bidang politik berkebangsaan Amerika Serikat (AS). Bahkan dia disebut-sebut menjadi biang kerok atas terjadinya krisis moneter tahun 1998.
Dibalik kesuksesannya, Soros lahir di tengah-tengah situasi yang mungkin tak diharapkan anak-anak pada umumnya. Senin (14/4/2019), George Soros lahir di Budapest, Hongaria pada tahun 1930.
Ayah Soros, Tivadar, adalah seorang tahanan perang, baik selama maupun setelah Perang Dunia I. Kemudian dia melarikan diri dari Rusia. Di sana dia menikah dan memulai kehidupan di Budapest. Ibu Soros, Elizabeth, adalah keturunan dari keluarga pemilik toko sutra yang sukses.
Singkat cerita, pada bulan Maret 1944, Jerman Nazi menduduki Hongaria untuk mencegah negara tersebut berdamai dengan Sekutu Barat. Soros berusia 13 tahun ketika pasukan Nazi masuk. Otoritas kota yang bekerja sama dengan Nazi melarang anak-anak Yahudi bersekolah dan segera mulai memerintahkan deportasi orang-orang Yahudi dari Budapest, sebagian besar ke kamp kematian di Auschwitz.
Kala itu keluarga Soros bersembunyi, dan mereka berpura-pura menjadi anak baptis seorang pegawai Kementerian Pertanian Hongaria. Meskipun saat itu masih remaja, Soros bekerja dengan ayahnya untuk membuat ribuan dokumen palsu untuk orang-orang yang berusaha melarikan diri dari Nazi.
Pada tahun 1945, Pertempuran Budapest berkecamuk. Soros selamat dari pengepungan dan pertempuran, yang merenggut nyawa 38.000 warga sipil selama tiga bulan. Waktu kejadian, dia berumur 14 tahun.
Dengan berakhirnya perang, Soros pergi ke Inggris tanpa uang sepeser pun. Dia kemudian mendaftar di London School of Economics (LSE) pada tahun 1947. Meskipun miskin, dia masih bisa bertahan hidup dengan menjadi pelayan dan portir kereta api.
Pada tahun 1951, Soros lulus dari LSE dengan gelar sarjana sains di bidang filsafat. Dia melanjutkan pendidikan selama tiga tahun lagi untuk mendapatkan gelar doktor dalam filsafat pada tahun 1954.
Seperti banyak orang dengan gelar filsafat, Soros kesulitan mendapatkan pekerjaan. Dia bekerja sebagai penjual keliling di sepanjang pantai Welsh. Dalam kondisi tertekan, Soros mulai menulis surat untuk melamar pekerjaan di bank di London. Sebagian besar tidak merespons, tetapi satu surat mendarat di meja warga Hongaria, yaitu seorang direktur pelaksana di Singer & Friedlander. Dia menawarkan Soros posisi entry-level.
Pada tahun 1954, Soros mulai bekerja sebagai pegawai di bank tersebut, sebelum akhirnya dipromosikan ke departemen arbitrase. Saat berada di bank tersebut, salah satu rekan kerja Soros, Robert Mayer, merekomendasikan Soros untuk bekerja di bisnis orangutannya, F.M. Mayer.
Menerima posisi di departemen arbitrase di F.M. Mayer, Soros pindah dari London ke New York pada tahun 1956. Kinerjanya terbilang cemerlang di sana. Setelah membangun reputasi di lapangan, dia hijrah ke ke Wertheim & Co. pada tahun 1959 sebagai analis sekuritas Eropa.
Dia terus bekerja, pindah ke bank investasi yang bermarkas di New York, Arnhold dan S. Bleichroeder pada tahun 1963.
Pendek kata, pada tahun 1969, Soros dipercaya mengelola pendanaan bernilai US$ 4 juta, yang termasuk U$$ 250.000 dari uang Soros sendiri. Dana tersebut tumbuh menjadi Quantum Fund.