
Pemerintah Kota Solo meliburkan kegiatan car free day (CFD) di Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Juanda, Pucangsawit selama arus mudik dan balik Lebaran 2019. Selama momen tersebut diprediksi arus volume kendaraan yang melintas akan meningkat drastis.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Solo, Hari Prihatno mengatakan, CFD akan diliburkan selama dua minggu. Yakni pada tanggal 2 dan 9 Juni.
"CFD kita liburkan tanggal 2 dan 9 Juni, tujuannya untuk memastikan kelancaran arus mudik yang melewati Kota Solo," katanya kepada wartawan, Rabu (29/5).
Dia memperkirakan, puncak arus mudik di Kota Bengawan juga akan terjadi pada tanggal 2 Juni 2019. Mengingat tanggal 1 Juni para pegawai masih akan mengikuti upacara Hari Lahir Pancasila.
"Kami perkirakan jumlah pemudik yang masuk Jawa Tengah di kisaran 5,6 juta. Kalau untuk Solo sendiri sampai 642.000 pemudik," ungkapnya.
Dioperasikannya ruas tol Trans Jawa diperkirakan juga akan menyumbangkan tingkat kemacetan di Solo. Karena, menurutnya, Solo memiliki daya tarik, seperti wisata kuliner. Selain itu pintu tol sangat dekat dengan Kota Solo.
Hari memperkirakan jumlah kendaraan akan naik 4 persen. Jika tahun lalu 6,7 juta kendaraan, tahun ini naik jadi 7 juta kendaraan yang melintas. Menurutnya, angka tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan asli Solo yang hanya sekitar 800.000 kendaraan dengan jumlah warga sekitar 550.000 orang.
Selain meliburkan CFD, pihaknya juga mewaspadai titik rawan macet. Diantaranya di daerah Klodran yang merupakan titik keluar masuk tol. Wilayah lainnya adalah Simpang Joglo, Kadipiro, karena tidak ada pembatasan kendaraan yang signifikan sehingga antrean kendaraan akan cukup panjang.
"Selain itu, di Gladag, Jalan Jenderal Soedirman ada pembangunan infrastruktur dan kebetulan lokasi tersebut berdekatan dengan pusat bisnis. Lokasi lain yang juga harus diwaspadai sebagai titik kemacetan di antaranya Gilingan, Kerten, perlintasan sebidang yaitu Purwosari dan Pasar Nongko," terangnya.
Meski ada beberapa lokasi yang diperkirakan menjadi titik rawan macet, pihaknya tidak akan melakukan rekayasa lalu lintas. Antisipasi dilakukan dengan memasang RPPJ (rambu pendahulu penunjuk jurusan, red) di 129 titik.
"Ini menjadi penunjuk masyarakat yang ingin bepergian. Kecuali tidak bisa diurai, baru akan ada rekayasa lalu lintas," tutup Hari.