Ratusan anak berkebutuhan khusus di Kota Bekasi, Jawa Barat merayakan Hari Anak Nasional. Mereka berencana bermain salju bersama dengan anak-anak lainnya di sebuah pusat perbelanjaan di bilangan Bekasi Timur, Minggu (28/7).
"Kota Bekasi baru saja mendapatkan penghargaan kota layak anak kategori Nindya, ini menjadi sebuah prestasi," ujar Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto di sela perayaan hari anak dengan tema "Sahabat Inklusi" di Bekasi Timur.
Penghargaan kota layak anak itu diberikan langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Yohana Susana Yambise di Acara Puncak Peringatan Hari Anak 2019, dan Penganugerahan Kabupaten/Kota Layak Anak 2019 yang berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan pada 24 Juli lalu.
Kota Bekasi meraih penghargaan itu karena dianggap telah memenuhi aspek sosiologis, perlindungan, dan kelembagaan terhadap anak. Menurut Tri, penghargaan yang diraih ini meningkat dibandingkan sebelumnya kategori madya.
Menurut dia, penghargaan tersebut menjadi motivasi pemerintah untuk menyediakan hak-hak anak tanpa ada diskriminasi, terutama penyandang anak difabel. "Anak-anak difabel mereka tetap berhak mendapatkan layanan pendidikan, sampai dengan kesehatan," ujar dia.
Terbaru, pemerintah menetapkan peraturan daerah kawasan bebas rokok. Hal ini tak lepas dari tuntutan masyarakat yang memprotes tak tersedianya kawasan bebas rokok. Oleh karena itu, sebagai implementasi aparat Satpol PP akan melakukan pengawasan terhadap perokok yang membandel.
"Terutama di instansi pemerintah, kami meminta ada sanksi bisa berupa hormat bendera, push up, kalau perlu dilakukan operasi tangkap tangan (OTT)," kata Tri Adhianto.
Salah satu orang tua anak berkebutuhan khusus, Teresia Sinaga mengatakan, layanan pemerintah kepada anak berkebutuhan khusus terus membaik, meskipun belum banyak dirasakan.
"Terutama di sekolah, kami sebagai orang tua berharap semua guru mendapatkan pelatihan khusus untuk mengajak anak berkebutuhan khusus," kata dia.
Tere memiliki anak berkebutuhan khusus berusia 10 tahun, sekarang duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Ia menyekolahkan anaknya di bilangan Rawalumbu, sebuah sekolah inklusi, dimana setiap satu kelas terdapat anak berkebutuhan khusus.
"Sosialnya sudah lumayan, bisa menyesuaikan, kemudian teman-temannya juga merangkul," kata dia.