Pelbagai kampanye hitam seperti berita bohong (hoaks) bahkan fitnah yang beredar di masyarakat sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Hal itu pun tak sesuai dengan misi utama Nabi Muhammad SAW saat menyebarkan agama Islam yaitu menebarkan kasih sayang dan memperbaiki akhlak.
Fitnah-fitnah itu sudah pasti tidak menyejukkan. Alih-alih justru mengarahkan situasi jadi tak menentu dan cenderung penuh permusuhan. Hubungan antar teman atau antar keluarga bahkan tak akan berjalan sebagaimana mestinya. Hanya karena beda dukungan dan pilihan sesaat untuk kepentingan tertentu.
Hal itu dikatakan Ustadz Mustofa Maulana dalam tausiyah di depan ratusan orang yang hadir dalam acara dzikir dan pengajian rutin bulanan yang dihelat Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (ALMSIBAT) di kawasan Tebet, Jakarta, Rabu (6/3).
"Saya bisa katakan bukan ajaran Islam bila kita membuat atau ikut-ikutan menyebarkan hoaks dan fitnah-fitnah itu untuk kepentingan apapun, termasuk untuk kepentingan pemilihan presiden 2019 nanti. Apalagi bila fitnah itu ditujukan kepada seseorang yang selama ini telah terbukti bekerja keras membangun negara ini seperti pemimpin kita saat ini," kata Ustadz Mustofa.
Menurutnya, Nabi Muhammad bahkan tidak pernah mengatakan hal-hal negatif tentang kaum atau orang yang di masa hidupnya belum menerima Islam. Misalnya dengan mengkafir-kafirkan kaum tersebut.
"Keluhuran akhlak seperti itulah yang seharusnya kita ikuti. Bukan seperti yang terjadi sekarang, dimana sebagian kelompok begitu mudah menyebut saudara kita sebangsa dengan berbagai cap negatif yang cenderung rasis. Itu kan menyakitkan mereka," ujarnya.
Mustofa mengingatkan tentang pentingnya bersikap adil sebagaimana diajarkan Islam. Adil itu, menurutnya, mampu menempatkan atau menilai sesuatu pada tempatnya secara proporsional. Tidak mengurangi atau menambah-nambahkan sesuatu.
"Misal, kalau tiap hari kita cuma sibuk mencari-cari kesalahan orang, apalagi bila dasarnya karena benci, maka kesalahan itu akan ada saja. Kalau tidak ada pun, akan diada-adain. Orang itu akan terus diposisikan salah. Apakah itu ajaran Islam? Saya pastikan, bukan. Saya bahkan bisa pastikan yang melakukan itu tidak akan bahagia, karena kebencian dan kebahagiaan tidak pernah bisa sejalan beriringan," tegas alumnus Pondok Pesantren Gontor itu.