Jakarta - PT Transportasi Jakarta ( Transjakarta ) baru saja meresmikan kerjasama dengan dua perusahaan bus listrik untuk menguji produknya di rute Bus Transjakarta.
Merek pertama adalah produk lokal bernama MAB (Mobil Anak Bangsa) yang dimiliki mantan Panglima TNI, Moeldoko. Sedang yang kedua adalah BYD, merek bus listrik asal China.
Bicara merek China, ini bukan kali pertamanya Transjakarta melakukan kerjasama. Sebelumnya perusahaan pelat merah tersebut pernah kerja sama dengan bus China bermesin konvensional, bermerek Zhongtong.
Namun sayangnya, kerjasama itu bisa dikatakan gagal seiring banyaknya kasus bus Zhongtong Transjakarta (Tj) yang terbakar di periode 2015 dan 2016. Akhirnya, bus Zhongtong pun lama-lama tidak digunakan lagi sebagai armada Tj.
Lantas, apakah tidak ada kekhawatiran pihak Transjakarta dalam menjalin kembali dengan merek bus asal China?
"Kekhawatiran brand apapun bisa saja ada. Tapi untuk ini (BYD) saya melihatnya berbeda," terang Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono, kepada wartawan, di Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Salah satu alasan yang membuat Transjakarta yakin dengan BYD adalah karena perusahaan ini sudah dipercaya di negara asalnya, dan sudah dipercaya di puluhan negara lainnya.
"Ini sudah ada di 50 negara. Dan sudah ada 50 ribu (unit). Bus ini juga sudah banyak beredar di kota Shenzhen, dengan 16.000 unit," katanya lagi.
Ditambahkan Agung, Transjakarta bersama pemerintah tidak lagi memandang brand karena asalnya. Melainkan karena kualitas dan harga produk yang kompetitif.
"Kalau mau bicara kegagalan, Zhongtong pernah terbakar, Hino Jepang pernah juga kebakar. Jadi terbakar bisa terjadi di brand apa pun. Yang terjadi bukan isu negaranya. Tapi soal bagaimana secara pabrikan juga menyiapkan diri," pungkasnya.