Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941, masyarakat Hindu di Yogyakarta menyelenggarakan pawai ogoh-ogoh, Sabtu (2/3). Sebanyak 16 buah ogoh-ogoh diarak di sepanjang Jalan Malioboro.
Ogoh-ogoh berwujud raksasa ini dalam kepercayaan masyarakat Hindu dianggap sebagai perlambang dari angkara murka dan sifat jahat. Ogoh-ogoh ini biasanya diwujudkan dalam bentuk raksasa dengan wajah yang mengerikan.
Koordinator pawai Ogoh-ogoh I Nyoman Setiawan mengatakan ada 16 buah ogoh-ogoh dengan berbagai ukuran yang diarak untuk pawai di sepanjang Jalan Malioboro. Pawai ini dimulai dari depan Kantor DPRD DIY dan berakhir di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
"Ini merupakan pawai ogoh-ogoh kelima yang kami gelar di Malioboro. Pawai ini merupakan bagian dari menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941," ujar Nyoman.
Nyoman mengatakan selain menyambut Hari Raya Nyepi, pawai ogoh-ogoh juga untuk mengenalkan dan melestarikan budaya. Selain itu pawai ogoh-ogoh juga untuk meramaikan wisata di Yogyakarta.
"Acara ini juga bertujuan untuk melestarikan kebudayaan dan mendorong pariwisata di Yogyakarta. Adanya pawai ini agar masyarakat bisa ikut terhibur dan senang," urai Nyoman.
Nyoman menambahkan untuk pawai ogoh-ogoh kali ini pihaknya melibatkan berbagai Komunitas Mahasiswa Hindu Budha (KMHD) dan juga komunitas seni budaya yang ada di Yogyakarta.
"Ke depan kami berharap pawai ini akan diselenggarakan bersama-sama dengan masyarakat lintas iman. Tak hanya umat Hindu saja tapi juga umat lainnya juga bisa ikut terlibat," pungkas Nyoman.