Jakarta - Benturan berulang di kepala berisiko memicu kerusakan otak yang langka dan 'misterius'. Dikatakan demikian karena hanya bisa didiagnosis setelah kematian, lewat autopsi pada bagian terentu di otak.
Chronic traumatic encephalopathy (CTE) ditemukan pada beberapa atlet dari cabang olahraga yang melibatkan kontak fisik. Termasuk di antaranya gulat profesional, american football, dan sebagainya.
Belum banyak penelitian tentang penyakit ini, sehingga frekuensi dan penyebab pastinya belum diketahui pasti, walau kuat dugaan terkait erat dengan trauma otak akibat benturan berulang di kepala. Dan yang pasti, belum ada pengobatan untuk CTE.
Dikutip dari Mayo Clinic, efek CTE baru bisa terkonfirmasi lewat autopsi setelah kematian. Kondisi ini menyebabkan atropi atau penyusutan bagian tertentu di otak. Cedera pada bagian sel saraf yang menghantarkan impuls elektrik berpengaruh pada komunikasi antarsel.
Dimungkinkan, seseorang dengan CTE menunjukkan gejala lain penurunan fungsi saraf. Termasuk Alzheimer's disease, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), juga Parkinson.
Dalam sebuah temuan terbaru, para ilmuwan mengungkap protein penanda yang diharapkan bisa mengidentifikasi penyakit ini sebelum kematian. Penanda ini adalah tau, yang meningkat kadarnya dalam cairan otak ketika para atlet profesional yang kerap mengalami benturan.
"Kami optimistis bahwa kami makin dekat dengan penemuan penanda CTE, yang memungkinkan peneliti mempelajari bahaimana tau mempengaruhi fungsi otak," jelas Carmela Tartaglia dari University of Toronto, dikutip dari Livescience.