Baru satu hari buka, pusat takjil yang berada di Dusun Wanasari atau yang lebih dikenal dengan Kampung Jawa di Denpasar Barat diserbu warga, Senin (6/5) sore.
Warga berdesak-desakan untuk mencari makanan takjil favorit. Pusat takjil di Dusun Wanasari, memang menjadi rujukan warga Muslim di Kota Denpasar saban Ramadan. Hampir di sepanjang jalan di sekitar Masjid Baiturrahmah, pengunjung memadati para penjual makanan.
Selain itu, pusat takjil di Dusun Wanasari adalah pusat terbesar di wilayah Denpasar untuk mencari segala kuliner dan kue-kue berbuka puasa.
"Tujuan kita untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan yang ada di Dusun Wanasari. Mereka ini dari Dusun Wanasari semua dan bukan pedagang asli. Mereka sebenarnya tidak berjualan karena ada momen puasa mereka berjualan," kata Fatahillah selaku sekretaris panitia pusat takjil Dusun Wanasari.
Pusat takjil atau pasar Ramadan ini berada di jalan sisi kiri masjid. Sepanjang 500 meter khusus dibuatkan stan jualan. Mereka saling berhadapan dan disipkan meja untuk berjualan. Jajanan yang dijual kebanyakan makanan ringan, seperti risoles, donat, bakwan dan lain-lain. Juga ada penjual minuman seperti es kelapa dan es daluman.
Namun yang selalu ramai dan dikerubuti pembeli adalah penjual satai. Beragam jenis satai dijual seperti satai susu, satai sum-sum, satai jeroan sapi dan satai usus. Harganya rata-rata Rp 2.500 kecuali sate usus yang dijual seharga Rp 1.000.
"Untuk kue-kuenya juga dari buatan warga sini juga. Pasar ini sudah kali ke-7 atau sudah 7 tahun kita gelar dan tutupnya 3 hari sebelum lebaran," ujar Fathaillah.
Sementara Siti yang merupakan penjual satai susu mengaku bersyukur setiap Ramadan ia mendapat tambahan pendapatan.
Siti menyampaikan, sudah berjualan di samping Masjid Baiturrahmah sejak 10 tahun silam. Pendapatannya pun naik drastis saat berjualan pada bulan puasa. Sehari, ia bisa menghasilkan Rp 3 juta dari berjualan satai.
"Tahun sebelumnya jual Rp 2.000, sekarang naik jadi Rp 2.500. Harga naik semua mas," ujarnya.
Ia menuturkan, untuk hari biasa berjualan di depan rumahnya. Namun, peminatnya sedikit dan tak seramai kali ini. Tiap harinya di bulan puasa, ia mengaku berbelanja sebanyak 15 kilogram untuk susu sapi. Biasanya akan habis dalam sehari.
"Kalau hari biasa sepi peminatnya tak terlalu banyak. Kalau puasa orang luar yang ke sini mereka tertarik untuk beli satai susu. Kalau puasa banyak peminatnya. Kalau hari biasa di rumah masing-masing tapi tak sebanyak ini. Sehari bisa dapat 3 juta sama modalnya," ujarnya.
Siti menyampaikan, susu sapi paling ramai karena kebanyakan penasaran dengan rasanya. Sementara untuk satai lainnya hanya digunakan sebagai pelengkap.
"Kalau tak ada ini tidak laku yang lain. Pada nyari susu sapi karena penasaran. Kalau yang lain ya tambahan saja," ujarnya.