Jakarta - Banyak roket yang bergantung pada hydrazine, yang merupakan kombinasi hidrogen dan oksigen sebagai bahan bakar. Tapi bahan bakar ini termasuk zat yang berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Nah, NASA sepertinya selangkah lagi akan memiliki bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Sebagai ganti hydrazine, mereka akan menguji bahan bakar yang merupakan campuran hidroksil amonium nitrat dengan oksidator yang dikembangkan oleh Air Force Research Lab.
Rabu (12/6/2019) bahan bakar berwarna merah muda ini lebih aman untuk ditangani oleh astronot dibanding hydrazine. Jika terpapar dengan hydrazine seseorang bisa menderita iritasi kulit atau kebutaan sementara hingga kejang-kejang atau koma. Belum lagi kerusakan organ pada hati, ginjal dan sistem saraf pusat.
Untuk mengisi bahan bakar roket menggunakan hydrazine, teknisi harus memakai pelindung termasuk sarung tangan tebal, baju pelindung hingga masker oksigen. Bahan bakar alternatif ini juga perlu ditangani dengan hati-hati tapi tidak membutuhkan perlindungan seketat pendahulunya.
Selain itu bahan bakar baru ini juga memiliki banyak keuntungan yang tidak dimiliki oleh pendahulunya, seperti misalnya pengisian bahan bakar bisa dilakukan ketika wahana antariksa masih dibangun sehingga mempercepat proses peluncuran.
"Wahana antariksa bisa diisi bahan bakar saat manufaktur, menyederhanakan proses di fasilitas peluncuran, yang berujung pada penghematan biaya," kata Prinicipal Investigator GPIM di Ball Aerospace Christopher McLean.
Belum lagi bahan bakar ini 50% lebih efisien daripada hydrazine, sehingga roket bisa terbang lebih jauh dengan jumlah bahan bakar yang sama. Ini tentu kabar baik terutama untuk misi antariksa jangka panjang menuju Mars.
Uji coba ini tidak semudah hanya mengosongkan tangki dan mengisinya dengan bahan bakar baru. Tim yang bertanggung jawab untuk bahan bakar juga harus merancang serangkaian hardware baru - mulai dari tangki, filter, hingga semua pipanya - agar bisa cocok dengan sistem propulsi baru.
NASA berencana menguji coba bahan bakar ini di luar angkasa pada bulan ini dengan menggunakan wahana antariksa Green Propellant Infusion Mission (GPIM) akan diluncurkan menggunakan roket Falcon Heavy milik SpaceX. Jika semuanya berjalan dengan mulus, bahan bakar ini berpotensi digunakan NASA untuk mentenagai misi Artemis menuju Bulan.