Selpiana Putri, hanya bisa menangis saat harapannya bertemu ibu tercinta pupus begitu saja. Tiga hari lamanya anak berusia 12 tahun ini memegang harapan keselamatan ibunya yang menjadi salah satu dari 30 korban kebakaran pabrik perakitan mancis di Kabupaten Langkat, Jumat (21/6).
Dilansir Antara, tepat pukul 16.57 WIB, sesaat setelah keluar dari ruangan Instalasi Radiodiagnostik RS Bhayangkara Medan, Putri menangis histeris. Jilbab merah muda yang dikenakannya, dipakai untuk menutupi wajahnya yang basah karena air mata saat melewati kerumunan para keluarga korban yang hingga Minggu (23/6) belum juga dipertemukan dengan korban kebakaran.
"Bapak nokohin, katanya ibu masih hidup," katanya sesenggukan saat berada di dalam dekapan keluarganya.
Ayah Putri, Sarimin (38) yang melihat anak pertama dari kedua anaknya itu menangis, langsung mencoba menenangkannya.
"Kakak kan sudah besar, enggak boleh nangis-nangis. Kalau kakak nangis nanti mamak pun ikut nangis," ucapnya sembari membelai lembut kepala Putri.
Tangis Putri tak kunjung berhenti mengetahui ibunya yang bernama Sri Wahyuni (28) tak lagi dapat hidup bersama dirinya.
"Tadi waktu di dalam ruangan saya liat foto janazah ibu (Sri Wahyuni), tiba-tiba si Putri liat juga dari belakang saya dan langsung menangis," kata Sarimin.
Meski tubuh Sri Wahyuni telah hangus terbakar, namun buah hati hasil cintanya dengan Sarimin, tetap mengenali sosok ibunya.
"Dia langsung tahu kalau itu ibunya, makanya dia nangis," ujarnya
Putri yang bercita-cita menjadi seorang dokter masih terus menangis meskipun ayah dan para keluarganya berusaha menenangkannya.