kerusakan akibat kerusuhan di Venezuela (Foto: Reuters)
Caracas - Lebih dari 350 orang di Venezuela telah ditangkap pekan ini selama aksi-aksi demo menentang pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Demikian disampaikan kepala badan HAM PBB, United Nations High Commissioner for Human Rights, Michelle Bachelet yang menyerukan adanya dialog segera untuk meredakan situasi yang makin memanas.
Bachelet mengatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (26/1/2019), kantornya mendapatkan laporan mengenai penahanan para demonstran berskala besar -- lebih dari 350 orang totalnya (pekan ini), termasuk 320 orang pada 23 Januari saja.
Bachelet pun menyerukan penyelidikan penuh atas dugaan pelanggaran--pelanggaran oleh negara, termasuk penembakan-penembakan mematikan.
Kelompok-kelompok kemasyarakatan di Venezuela melaporkan bahwa jumlah korban tewas selama aksi-aksi protes dalam sepekan ini telah mencapai 26 orang.
Badan HAM PBB menyatakan pihaknya juga mendapat indikasi bahwa setidaknya 20 orang "telah meninggal setelah diduga ditembak oleh pasukan keamanan atau anggota kelompok bersenjata pro-pemerintah selama aksi-aksi demo pada Selasa (22/1) dan Rabu (23/1) lalu".
"Ini, pada dasarnya adalah krisis pemerintahan, dan merupakan tanggung jawab para pemimpin negara untuk mengakhiri situasi bencana ini," tutur Bachelet menyerukan dialog segera untuk meredakan situasi.
Venezuela jatuh ke dalam situasi tidak menentu pekan ini setelah pemimpin oposisi Juan Guaido (35) memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela. Dia pun mendapatkan dukungan dari pemerintah Amerika Serikat dan belasan negara lainnya, termasuk Brasil, Argentina dan Kolombia.
Maduro terpilih kembali menjadi presiden untuk masa jabatan kedua setelah memenangi pemilihan presiden, yang oleh oposisi dan negara-negara asing termasuk AS dan Uni Eropa, diklaim penuh kecurangan. Namun pemimpin sosialis itu hingga saat ini terus mendapat dukungan dari militer Venezuela.