Pemimpin Tahta Suci Vatikan, Paus Fransiskus.
Jakarta, Pemimpin Tahta Suci Vatikan, Paus Fransiskus, menyodorkan 21 usulan sebagai jalan keluar untuk mencegah, menyelidiki dan menangani perkara pelecehan seksual yang diduga dilakukan sejumlah pemuka Gereja Katolik. Dia menyatakan tidak ingin hal itu berlanjut dan ingin memberi solusi yang nyata untuk melindungi jemaat.
"Dengarkan tangisan orang-orang yang menginginkan keadilan," kata Paus Fransiskus dalam konferensi membahas pelecehan seksual Gereja Katolik di Vatikan, Jumat (22/2).
Paus Fransiskus menyatakan dengan tegas tidak ingin konferensi itu hanya menghasilkan keputusan hanya sekedar mengutuk perbuatan menyimpang itu, tetapi tidak memberi jalan keluar untuk menyudahi dan menindak tegas pelakunya. Dia juga meminta supaya sejawatnya tidak berusaha tidak acuh atau tutup mata terhadap dugaan pelecehan seksual.
Seorang penyelidik khusus pelecehan seksual dari Vatikan, Uskup Agung Charles Scicluna, menyatakan sudah memerintahkan para uskup untuk menjaga para jemaat dari pemuka Gereja Katolik yang diduga memiliki kecenderungan berbuat cabul. Bahkan dia meminta hal itu harus menjadi persyaratan dalam proses perekrutan pastor.
"Kita harus melindungi jemaat dengan cara apapun. Mereka harus tahu kalau kita adalah sahabat turut melindungi mereka sekaligus anak-anaknya," ujar Scicluna.
Skandal pelecehan seksual Gereja Katolik dilaporkan terjadi hampir di seluruh dunia. Sekitar 190 petinggi gereja yang hadir dalam konferensi itu berharap ada panduan untuk menghadapi kasus seperti ini.
Uskup Agung dari Kolombia, Kardinal Ruben Salazar Gomez, bahkan memperingatkan para sejawatnya bisa masuk bui jika masih nekat membela diri dan menutup pelecehan seksual dilakukan sejumlah pemuka Gereja Katolik. Dia juga menentang proses penyelesaian skandal itu dengan cara perjanjian rahasia antara pelaku dan korban dengan imbalan sejumlah uang.
Menurut Gomez hal itu adalah sikap tidak terpuji karena Gereja Katolik mencoba membungkam korban dengan duit, tetapi tidak menyelesaikan akar masalah. Yaitu menindak para pemuka Katolik yang berperilaku menyimpang.
Konferensi tingkat tinggi ini digelar sejak Kamis (21/2) kemarin hingga Minggu (24/2) mendatang.