Tak hanya barang elektronik ataupun telepon genggam saja yang dapat direparasi atau diperbaiki. Namun, kartu rusak seperti halnya e-KTP, anjungan tunai mandiri (ATM), nomor pokok wajib pajak (NPWP), hingga aneka kartu sejenisnya pun dapat diperbaiki.
Proses pembenahan pun tak memerlukan waktu lama ataupun berhari-hari. Sehingga pengunjung dapat menunggu hingga kartu selesai diperbaiki.
Sugeng sangat antusias kala orang-orang yang hilir mudik di hari bebas kendaraan atau car free day (CFD) menanyakan kerusakan kartu-kartu yang dimilikinya. Sambil memperbaiki kartu, ia masih meladeni beberapa pertanyaan-pertanyaan pengunjung.
"Kalau ngelupas kayak gini bisa diperbaiki nggak mas," tanya seorang pengunjung di CFD Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (31/3).
"Bisa mbak, ntar bisa ditempel lagi," jawab Sugeng.
Pria asal Klaten, Jawa Tengah ini bukan satu-satunya tukang reparasi e-KTP di CFD Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Berapa para pedagang, Sugeng duduk dengan bangku dan sebuah meja lipat sebagai tempat kerjanya.
Meja lipat berukuran 7550 cm itu bagian samping dan depan tertempelkan spanduk bertuliskan "anti gores, laminating kartu rusak, kartu kotor". Selain itu, pada meja itu Sugeng juga telah menyediakan berbagai alat tempurnya dalam bekerja mulai dari cutter, anti gores atau plastik khusus, alkohol hingga alat pres manual.
Tangannya cekatan, kartu yang diterima dari pengunjung langsung dibersihkan menggunakan alkohol. Dengan menggunakan selembar kain, Sugeng sangat hati-hati dalam membersihkan kartu itu.
Untuk laminating kartu, setelah dibersihkan langsung ditempelkan plastik khusus untuk sisi depan dan belakang. Agar menempel, saat plastik ditempel sembari ditekan menggunakan sebuah alat dan kemudian kartu akan dipres.
Bila tidak terlalu parah atau hanya laminating kartu, Segeng hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk memperbaiki kartu. Untuk jasa reparasi, ia hanya mematok harga Rp 10 ribu.
Akan tetapi, jika kartu itu mengalami kerusakan dengan tingkat kesulitan tertentu Sugeng mematok harga Rp 15 ribu. Selain itu, pria berusia 30 tahun ini juga mengaku dapat memperbaiki kartu yang telah patah. Seperti halnya milik Supardi warga, Grogol, Jakarta Barat.
"Ini di sambung ya pak, biar terlihat rapi aja. Abis itu ntar langsung di laminating," ucapnya.
Sugeng mengaku pihaknya hanya bisa melaminating dan membuat rapi saja, kalau tulisan atau gambar hilang seperti die-KTP itu harus di bawa ke Dukcapil untuk di cetak ulang. Profesi melaminating pun baru ditekuninya sejak satu tahun yang lalu.
Selain di CFD, Sugeng mengaku setiap harinya berkeliling di kawasan Jakarta Pusat. Khusus setiap Jumat, dia akan membuka lapak di kawasan Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat dan selebihnya berpindah-pindah ke kantor-kantor.
Kendati begitu, setiap malam hari Sugeng tak mereparasi kartu, melainkan berjualan mainan di Pasar Malam Jiung Kemayoran.
"Kalau untuk penghasilan sih nggak nentu, soalnya kan orang nggak setiap hari benerin kartunya. Itu saja bisa tahan lama," kata Sugeng